Pages

Senin, 24 Desember 2012

Anugerah Terindah dari Tuhan. part 1

hi. pengen berbagi cerpen buatan gue. udah lamaaa banget. ada di blog lama tadinya. mau share disini. ini terinspirasi dr cerpen di internet juga. jd agak mirip2. bedanya versi interet yg gue liat itu cina2 gitu kalo ga salah. ada kerajaannya dikit. dan agak fiktif krn ada adegan  motong daging paha apa apaaan gitu lupa. paha sendiri, buat makan-_- ya gitu deh. ini versi gue. lebih Indonesia. tp ga mengharukan gitu jadinya. apalagi waktu gue presentasiin di sekolah, anak2 malah ketawa denger efek suara gue.


Anugerah Terindah dari Tuhan

                Matahari yang tadi bersemangat mengguyurku dengan sinarnya kini mulai bosan. Bunyi gemuruh di atas sana seperti menceritakan kisah tentang kerajaan di awan yang sedang berperang memperebutkan tahtanya. Kilat mulai menyambar kesana-kemari. Entah berapa
lama aku disini. Satu jam? Dua jam? Entahlah. Aku tak tahu. Bahkan aku juga tak tahu mengapa aku sangat betah disini. Sepertinya kaki ini menempel dengan erat. Ya, aku tak mau beranjak dari sini. Walau tiba-tiba langit akan mengguyurku dengan air hujan yang melimpah, yang membuatku kuyup.

            Masih basah. Basah terkena tetesan gerimis. Gerimis apa? Hujan? Dari langit? Atau, gerimis tetesan air mataku? Entahlah. Mengapa aku bisa begini. Aku harusnya tak perlu menangis. Bahkan aku tidak boleh menangis. Tapi aku teringat sesuatu. Oh ya, lupakan saja. Aku ambil gumpalan-gumpalan tanah yang lembap karena tetesan gerimis ini. Ah, aku teringat wajah itu. Cantik. Sepertinya alam tahu apa yang sedang kurasakan. Tangisanku menderas seiring dengan derasnya hujan yang terus mengguyurku. Tapi tidak, aku tidak merasa dingin sama sekali. Justru panas yang terus membara di dalam ulu hati.

            Semakin aku ingin menghentikan tangis ini, semakin deras sungai mataku mengalir. Semakin keras aku berusaha untuk melupakan kisah ini, semakin aku mengingatnya. Kisah? Ya memang sebuah kisah. Kisah yang membuatku ingin berteriak. Tapi, tidak. Tidak akan aku biarkan tidur orang terkasihku ini terganggu karena teriakanku. Tapi bagaimana bisa? Aku teringat sebuah gambaran masa lalu. Di sana. Di tempat kecil itu.

*****
         Dulu, di sebuah perkampungan terpencil hiduplah seorang gadis cantik, Lani namanya. Cantik sekali. Sayang, kehidupan di kampung itu tak ubahnya seperti kehidupan di zaman Jahiliyah. Pelacuran dimana-mana. Ya, memang kampung itu tak jauh berbeda seperti sebuah tempat lokalisasi. Musik dangdut di warung remang-remang yang biasa dijadikan tempat berkumpul bapak-bapak supir truk terdengar kencang dan cempreng di malam hari hingga menjelang pagi. Tapi, disanalah Lani bekerja. Pekerjaan yang memberinya gaji cukup besar, tapi tak cukup besar untuk mengganti harga dirinya itu. Ya, ia menjual diri. Terpaksa? Tidak juga sih. Sepertinya ia biasa saja melakukan hal itu. Tapi mungkin, sebenarnya iya, karena memang ia tak tahu lagi apa yang bisa ia lakukan untuk bertahan hidup di kampung seperti itu. Semenjak orang tuanya tak ada, memang ia yang memutuskan pindah ke kampung kumuh itu dan bekerja seperti itu.

            Seperti biasa ia menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum berdandan semenor-menornya agar menarik perhatian. Setelah dirasa cukup, barulah ia pergi ke pabrik dosa itu. Entahlah, mungkin mereka sudah tidak memikirkan masalah dosa. Padahal di kampung itu ada sebuah mushola kecil yang tiap datang waktunya salat, pasti terdengar adzan. Ya memang sayup – sayup saja terdengar. Ya Allah, ampuni mereka.

*****



Tidak ada komentar:

Posting Komentar